Sabtu, 09 Maret 2019

Stupido Ritmo

You and I painting rainbows when no rain falls on our wall Smelling raindrops on a hilltop as they fall You and I laughing loudly with no reasons in our walk Chasing sunsets, dancing minuet in the dark Why don't we just disappear If that could keep us here? You and I sharing snow fall and the beach sand in our thoughts Writing love words with our whispers in our hearts
You and I stealing kisses from each other when we fight
Making wishes on the same star every night Why don't we just dream away If that could make us stay? Why can't we just dream away? We're not real, anyway
Why don't we just stay this high? Pretend we're all that fly Why can't we just stay this high?
We might rule our own sky
You and I singing solo our very own silly song Playing lovers of all edens all life long All life long

Selasa, 19 Februari 2019

Kami Putuskan Menerjang Hujan


Embun rindu yang membasahi kini tak dapat lagi aku diami.
Butuh mengundang mentari tuk hangatkan sang diri.
Meski Jarak yang terukur jadi hal yang menakuti,
Tapi tidak untuk menjemput seorang bidadari.

Luas dan macetnya kota Jakarta tidak aku temui
Sekejap saja aku melaju, kencang, dan akhirnya menjauh tanpa disadari.
Gedung gedung mewah pun berganti jadi lambaian padi
Lambaian kabar tentang semakin dekatnya sang pujaan hati.

Cirebon…
Akhirnya aku sampai di tepimu
Pintumu adalah pintu bahagiaku
Hawamu adalah napas terindahku
Dimensimu kini menjadi bagianku

(belum selesai)

Ujung Senja Pembuka Sabtu

Sore itu, Saat mentari pergi terbalut gelap.
Aku datang padamu dalam senyap dan penuh harap.
Meski orang melihatmu dalam paras, aku datang padamu dengan benih cinta yang telah mengeras.
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu seperti sucinya lembaran kertas.

Aku rindu pada mu bunga yang ahla
Aroma mu adalah rasa
Senyum mu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta.

Kini, meski ku tak sanggup berkata.
Bukan berarti semua itu tiada.
Biarkan... 
Biarkan semuanya menjadi manis jika saatnya kita berdua.
x

Rintih Putih

Di tengah rautnya wajah dunia saat ini, 
Aku, –meski tak seutuhnya jiwa ini milikku- bersandar pada akal yang sederhana. Melalui rangakaian peristiwa dengan candala. Tak begitu mempesona sebatas candramawa.
Gemercik air saat dingin hanya menampakkan ketaksaan yang sangat. hingga kadang hati lemah atau menjadi bersemangat.
Oh kawan, tunjukanlah tempat aku dapat memandang dengan luas meski tanpa suryakanta.